MAKALAH : ISRAILLIYAT DALAM PENAFSIRAN
MAKALAH ILMU TAFSIR
ISRAILLIYAT DALAM PENAFSIRAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Ilmu Tafsir
Dosen Pengampu : Hidayatullah, MA
Disusun oleh :
Akhawati Dwi Nurjannah (191410084)
Talbia Robbi Rodhia (191410104)
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kamipanjatkan kepada Allah SWT. Karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Ilmu Tafsir yang berjudul Israilliyat dalam penafsiran. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan terbaik dan mencerahkan ilmu pengetahuan.
Dalam penulisan makalah ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hidayatullah, MA selaku dosen mata kuliah Ilmu Tafsir yang telah membimbing kami, juga kepada teman-teman yang selalu mendukung proses belajar di kelas. Menyadari pentingnya makalah ini kami persembahkan kepada pembaca semoga bermanfaat, serta dapat dijadikan perbandingan untuk penyusunan makalah yang akan datang.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam segi kata maupun penyusunan. Saran dan kritik yang membangun terhadap makalah ini sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Jakarta, 17 November 2020
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................... 2
Daftar Isi ...................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Rumusan masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan pembuatan ............................................................................. 4
BAB II ISI .................................................................................................... 6
A. Pengertian ......................................................................................... 6
B. Sejarah kemunculan .......................................................................... 7
C. Sikap muslim terhadap Israilliyat ..................................................... 11
D. Perawi-perawi Israilliyat ................................................................... 12
E. Pembagian dan contoh israilliyat ...................................................... 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 18
B. Kritik dan Saran ................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al Quran mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran, dan bukti kebenaran kerasulan Muhammad SAW. Sebagai sumber ajaran, al -Quran memberikan berbagai norma keagamaan sebagai petunjuk bagi kehidupan umat manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat (syariah). Di samping sebagai sumber ajaran, al-Quran juga disampaikan Allah SWT untuk menjadi bukti kebenaran kerasulan Muhammad SAW, terutama bagi mereka yang menentang dakwah-dakwahnya. Bukti-bukti kebenaran tersebut dalam kajian Ulum al Quran disebut mukjizat.
Di antara mukjizat al-Quran adalah penyampaian ajaran-ajarannya yang disampaikan secara variatif serta dimodifikasi dalam bentuk deskripsi kisah-kisah. Kisah al-Quran merupakan salah satu media penyampaian pesan-pesan moral dalam rangka pembentukan umat yang memiliki akhlak mulia sebagaimana yang diperjuangkaan oleh Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu, sebagai muslim yang kritis, kita seharusnya mempunyai konsep yang benar dalam mencermati ayat-ayat kisah sehingga dapat merenungkan setiap ayat mengandung pelajaran dari kisah-kisah orang terdahulu agar tidak jatuh dalam kesesatan mitos-mitos, dongeng-dongeng atau juga legenda.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Israilliyat ?
2. Siapa saja perawi israilliyat ?
3. Bagaimana sikap seorang muslim terhadap Israilliyat ?
4. Apa saja kisah Israilliyat yang terdapat dalam al-Qur’an ?
C. Tujuan pembuatan
1. Untuk mengetahui Israilliyat
2. Untuk mengenal perawi Israilliyat
3. Agar dapat mengambil sikap terhadap Israilliyat
4. Untuk mengetahui kisah Israilliyat yang terdapat dalam al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Israiliyyat secara etimologi bentuk jama' dari kata Israiliyyah yang merupakan bentuk kata benda untuk isim yang dinisbahkan pada kata Israil. Dari bahasa Ibrani yang berarti "Hamba Tuhan". Dalam pengertian lain, Israiliyat dinisbatkan kepada Nabi Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim yang dalam sejarah beliau dikarunia 12 orang anak, salah satu putranya yang menonjol bernama Yahuda, yang kemudian dijadikan sebutan bagi keturunan Nabi Ya'qub. Sedangkan istilah Yahudi adalah sebutan dari Bani Israil. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Abbas :
حضرت عصلبة من اليهودي نبي صلى هللا عليه وسلم فقال لهم : هل تعلمون ان إسرائيل يعقوب ؟ قال : اللهم نعم, قال النبي : اللهم اشهد
"Sekelompok Yahudi datang menemui Nabi Saw lalu beliau bertanya kepada mereka : Tahukah kamu sekalian bahwa sesungguhnya Israil itu adalah Nabi Ya'qub? Lalu mereka menjawab : "betul´ kemudian Nabi berdo'a, "Wahai Tuhanku, saksikanlah pengakuan mereka ini".
Pengertian Israiliyyat secara terminologi menurut beberapa ulama adalah : Muhammad Husain al-Dzahabi menyatakan bahwa Israiliyyat berarti pengaruh-pengaruh kebudayaan Yahudi terhadap penafsiran al-Qur’an, namun secara luasnya yaitu pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani terhadap tafsir. Menurut Husain Israiliyyat mengandung dua pengertian : pertama, kisah dan dongeng kuno yang disusupkan dalam tafsir dan hadith yang asal periwayatannya kembali kepada sumbernya, yaitu Yahudi, Nasrani dan yang lainnya. Yang kedua, cerita-cerita yang disengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadith yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber lama. Menurut Sayyid Ahmad Khalil, Israilliyyat adalah riwayat-riwayat yang berasal dari ahli kitab, baik yang berhubungan dengan agama mereka ataupun yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya. Penisbatan riwayat Israiliyyat kepada orang-orang Yahudi karena pada umumnya para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk Islam.[1]
B. Sejarah kemunculan
Sebelum Islam datang, ada satu golongan yang di sebut dengan kaum Yahudi, yaitu sekelompok kaum yang dikenal mempunyai peradaban yang tinggi di banding dengan kaum Arab pada waktu itu. Mereka telah membawa pengetahuan keagungan berupa berupa cerita-cerita keagamaan dari kitab suci mereka. Pada waktu itu mereka hidup dalam keadaan tertindas. Banyak di antara mereka yang lari dan pindah ke jazirah Arab ini. Ini terjadi kurang lebih pada tahun 70 Masehi. Pada masa inilah diperkirakan terjadinya perkembangan besar-besaran kisah-kisah Israiliyyat, dan mengalami kemajuan pada taraf tertentu. Disadari atau tidak, maka terjadi proses percampuran antara tradisi bangsa Arab dengan khazanah tradisi bangsa Arab dengan khazanah tradisi Yahudi tersebut. Artinya, adanya kisah Israiliyyat merupakan konsekuensi logis dari proses akulturasi budaya dan ilmu pengetahuan antara bangsa Arab Jahiliyah dan kaum Yahudi serta kaum Nasrani. Di kutip dari perkataan Muhammad Husain alDzahabi, Lafadz Israiliyyat secara tekstual menunjukan kepada cerita atau berita-berita yang berasal dari Yahudi atau Bani Israil, meskipun demikian lafazh Israiliyyat digunakan pula penyebutan kepada berita-berita dan cerita zaman dahulu yang berasal dari selain Yahudi baik itu Nasrani, Majusi, dan selainnya. Pendapat yang lain menyatakan bahwa timbulnya Israiliyyat adalah[2] :
Pertama, karena semakin banyak orang-orang Yahudi yang masuk Islam. Sebelumnya mereka adalah kaum yang berperadaban tinggi. Tatkala masuk Islam mereka tidak melepaskan seluruh ajaran-ajaran yang mereka anut terlebih dahulu, sehingga dalam pemahamannya sering kali tercampur antara ajaran yang mereka anut terdahulu dengan ajaran Islam.
Kedua, ada keinginan dari kaum muslimin pada waktu itu untuk mengetahui sepenuhnya tentang seluk beluk bangsa Yahudi yang berperadaban tinggi, dimana al-Qur'an hanya mengungkapkan secara sepintas saja. Dengan ini maka muncullah kelompok mufassir yang berusaha meraih kesempatan itu dengan memasukan kisah-kisah yang bersumber dari orang Yahudi dan Nasrani tersebut. Akibatnya tafsir itu penuh dengan kesimpang-siuran, bahkan terkadang mendekati khurafat dan takhayul.
Ketiga, adanya ulama Yahudi yang masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Ka'ab bin Akhbar, Wahab bin Munabbih. Mereka di pandang mempunyai andil besar terhadap tersebarnya kisah Israiliyyat pada kalangan muslim. Hal ini di pandang sebagai indikasi bahwa kisah Israiliyyat masuk kedalam Islam sejak masa sahabat dan membawa pengaruh besar terhadap kegiatan penafsiran al-Quran pada masa-masa sesudahnya. Permulaan munculnya Israiliyyat dalam tafsir bermula pada zaman sahabat, karena setelah diteliti terdapat kesamaan antara al-Qur'an dengan kitab-kitab samawi lainnya. Di dalam al-Quran disebutkan secara ringkas dan dalam kitab lain disebutkan secara panjang lebar meskipun banyak terjadi penambahan dan pengurangan pada kisah yang terdapat di dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Ketika para sahabat (setelah wafatnya Nabi saw) menemukan kisah-kisah dalam al-Qur’an yang disebutkan secara ringkas, terbersit di hatinya untuk mengetahui kisah secara detail, maka mereka bertanya kepada ahli kitab yang telah masuk Islam, sehingga mulai masuk dan menyebarlah Israiliyyat. Meskipun demikian para sahabat tidak menanyakan seluruhnya kepada mereka melainkan ingin mengetahui sesuatu yang detail setelah al-Qur'an menyebutkan dengan global.
Setelah itu mereka tidak menghukuminya benar atau dusta selama hal itu belum ada kepastian benar atau salahnya. Karena para sahabat tetap berpegang teguh kepada pesan Rasulullah Saw tentang hal ini (jangan kau benarkan perkataan ahli kitab dan jangan pula kalian dustakan, katakanlah kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami). Kemudian datang zaman tabi'in, maka mereka lebih leluasa dalam meriwayatkan Israiliyyat ini. Begitu juga setelahnya sampai datang masa pembukuan hadith dan tafsir. Pada zaman tabi'in timbul kecintaan yang luar biasa pada kisah Israiliyyat, sehingga kisah Israilliyyat semakin berkembang pesat dan subur dikalangan Islam hingga mencapai puncaknya pada masa tabi'ut-tabi'in. mereka cenderung mengambil cerita trersebut secara ceroboh, sampai-sampai setiap cerita agung yang ada hampir tidak ada yang di tolak. Mereka tidak mengembalikan cerita tersebut pada al-Quran, walaupun yang terkandung tidak di mengerti akal. Menurut Ibn Khaldun, sebagaimana di kutip Manna' al-Qatan dalam Mabahith fi Ulum Alquran, dalam sejarah diketahui bahwa orang-orang Arab telah berinteraksi dengan orang Yahudi jauh sebelum Rasulullah Muhammad Saw datang membawa Islam. Ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
1. Kondisi Geografis Negeri Arab
Negeri Arab, secara geografis terletak di Barat Daya Asia yang merupakan semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga arah, yakni Laut Merah, samudra India dan teluk Persia. Pada umumnya Negeri Arab adalah dipenuhi oleh hamparan padang pasir, tetapi bukan berarti secara keseluruhan merupakan padang pasir gersang dan tandus. Berdasarkan karakter permukaannya, padang pasir tersebut beragam, sebagian diantaranya berupa padang pasir yang ditutupi debu dan pasir halus, lalu sebagian benua pegunungan dan perbukitan, serta ada juga merupakan daratan rendah, disamping merupakan daratan tinggi.
2. Kondisi Sosial Kemasyarakatan
Di tinjau dari letak geografis wilayah, Makkah adalah kota yang maju terletak pada jalur perdagangan yang sangat penting. Oleh karena itu kota ini telah menjanjikan bagi siapa saja khususnya para saudagar untuk melakukan perdagangan, ia terletak di tengah-tengah antara Yaman di selatan dan Syam di utara, selain itu penduduk Makkah mempunyai tempat khusus di hati masyarakat Arab lainnya karena mereka adalah para pemelihara sekaligus penjaga Ka'bah. Maka tidak terlalu mengherankan jika sejak abad ke-6 masehi, menjadi pusat perdagangan anatara Yaman dengan Syam dan Habasyah. Eksplanasi singkat di atas memberikan pemahaman bahwa orang-orang Arab gemar sekali melakukan perdagangan sampai keluar kota, salah contoh ialah orang-orang Quraisy yang perhatiannya terhadap perdagangan begitu besar. Secara teratur mereka mengadakan perjalanan dua kali pada setiap tahunnya. Yakni perjalanan di musim dingin ke Yaman dan perjalanan musim panas ke Syam untuk melakukan perdagangan. Wildan Taufiq & Asep Suryanakenal dan tukar informasi antar sesama. Berdasarkan preseden sejarah inilah maka Makkah adalah sentral perdagangan dan kebudayaan di negeri Hijjaz. Masyarakat dari berbagai penjuru berdatangan ke kota itu pada waktu musim haji tiba dengan berbagai macam kepentingan, diantaranya ada yang berniat untuk berdagang, menunaikan haji, bertemu sanak famili, dan ada juga yang mencari informasi, sehingga hal ini secara tidak langsung akan menimbulkan akulturasi sosial kemasyarakatan di antara mereka.
3. Kondisi Keagamaan Masyarakat Arab Sebelum Islam Lahir
Menelaah tentang kondisi keagamaan pada masyarakat Arab adalah salah satu faktor penunjang bagi tercapainya kajian tentang Israiliyyat dikarenakan jauh sebelum Islam datang, dua agama semit-tauhid-Ibrahimi: agama Yahudi (pengikut Nabi Musa) dan agama Nasrani (pengikut Nabi Isa) telah beredar di jazirah Arab dengan tingkatan dan jangkauan berbeda. Namun tentang sebab masuknya agama-agama semi ini para cendikia muslim dan sejarawan banyak berbeda pendapat.a.Sebab-sebab masuknya agama Yahudi ke Jazirah Arab. pertama,jumlah mereka bertambah di Palestina sampai 4 juta jiwa, kedua tekanan yang dilancarkan kepada mereka oleh pemerintah Romawi pada abad pertama, ketiga,peruntuhan terhadap bangunan ibadah mereka.
4. Masuknya agama Nasranike jazirah Arab
Kontak Sosial Generasi Muslim Pada Masa Nabi Saw Dengan Ahli KitabSetelah datangnya ajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat Arab yang kemudian berkembang setelah melaksanakan perintah Allah Swt untuk berhijrah ke sebuah tempat yang lebih kondisi dan menjanjikan dalam rangka penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Arab dan sekitarnya. Namun bukan berarti dengan perpindahan basis penyebaran agama Islam yang semula berada di Makkah lalu pindah ke Madinah. Akan tetapi interaksi masyarakat muslim dengan penganut agama lain (Yahudi dan Nasrani) masih tetap interaksi karena kenyataan agama Yahudi subur berkembang di jazirah Arab termasuk Hijaz, mereka tersebar dan bertempat tinggal di Yatsrib, Khaibar, Fadak Taimi dan Wadi al-Qura. Agama Yahudi ini sangatlah berpengaruh. Suku-suku agama Yahudi seperti Bani Quraidah, Bani Nadir, Bani Qainuqa, Za'ura, Gasal, Qum'ah dan Bani Zaid al-Latta. Di sisi lain agama Nasrani pun tersebar di berbagai kota di Jazirah Arab, ia tersebar di wilayah utara semenanjung jazirah Arab tepatnya di kalangan Sasanah, Munadirah dan di beberapa kota di sebelah timur laut (irak) dan sebelah selatan Yaman. Demikian juga di negeri Hijaz khususnya di Wadi al-Qura. Penduduk Najran juga pengikut agama Nasrani sebagian mereka juga di utus ke Yatsrib (Madinah) yaitu pada masa Muhammad Saw di bawah seorang tokoh, hakim dan uskup.
C. Sikap muslim terhadap Israilliyat
Terdapat dalil-dalil yang menunjukan kebolehan meriwayatkan Israiliyyat. Di satu sisi juga terdapat beberapa dalil yang menunjukan larangan meriwayatkannya. Di antara dalil yang memperbolehkan adalah ayat-ayat al-Qur'an yang memperbolehkan untuk bertanya ahli kitab seperti firman Allah swt QS.Yunus : 94
فَإِن كُنتَ فِي شَك مِّمَّا أَنزَلنَا إِلَيكَ فَسـَٔلِ ٱلَّذِينَ يَقرَءُونَ ٱلكِتَٰبَ مِن قَبلِكَ لَقَد جَاءَكَ ٱلحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلمُمتَرِينَ
Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca kitab sebelummu. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu.
Selain itu juga terdapat hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari yang menjelaskan kebolehan bertanya kepada Bani Israil :
وعن عبد الله بن عمرو أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : بلغوا عني ولو آية وحدثوا عن بني اسرائيل, ولَ حرج ومن كذب علي متمدا فليتوأ مقعده من النار) رواه البخاري(
"Dari Abdullah ibn Amr bahwasanya Rasulullah saw bersabda : "Sampaikan dari walau hanya satu ayat dan berbicaralah apa yang dari Bani Israil dan tidak mengapa. Barang siapa yang mendustakanku maka bersiaplah tempatnya kelak di neraka." Adapun dalil-dalil yang menunjukan larangan meriwayatkan Israiliyyat adalah ayat-ayat al-Qur'an yang menjelaskan tentang perlakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang gemar mengganti dan merubah kitab suci mereka. ‘
Selain itu terdapat sebuah hadis :
عن أبي هريرة, رضي الله عنه, قال كان أهل الكتاب يقرؤون التوراة بالعبرانية ويفسرونها بالعربية لهل الَسلَم,فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :لَتصدقوا أهل الكتاب, ولَتكذوهم وقولوا (آمنا بالله وما أنزل) الآية. (رواه البخاري
"Abu Hurairah RA berkata : "bahwasanya Ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa Ibrani dan menafsirkannya kepada umat Islam dengan bahasa Arab. Oleh karena itu Rasaulullah saw bersabda :"Janganlah kalian membenarkan Ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka, katakanlah kami telah beriman kepada Allah Swt dan segala yang ia turunkan kepada kami".
D. Perawi-perawi Israilliyat
1. Perawi dari kalangan sahabat
Para sahabat Rasul dalam mengembalikan persoalan kepada ahli kitab, senantiasa mempergunakan cara yang benar dan tepat, sejalan dengan apa yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Di antara sahabat yang dikenal dalam periwayatan cerita Israiliyyat ialah :
a. Tamim al-Dari
Beliau merupakan perawi yang berasal dari Nasrani, dia mengetahui banyak ilmu Nasraniyah dan cerita-ceritanya. Di samping mengetahui ilmu Nasraniyah, ia pula mengetahui ilmu-ilmu lainnya, seperti kejadian-kejadian, peperangan-peperangan dan berita-berita umat terdahulu. Karena begitu luas ilmu pengetahuannya sampai Rasulullah Saw gembira dengan keislamannya.
b. Abdullah ibn Salam
Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Abdullah ibn Salam ibn Haris al-Israili al-Anshari, dia merupakan anak dari Yusuf ibn Ya'qub, dan dia menyatakan keislamannya ketika Rasulullah Saw tiba di kota Madinah. Dalam perjuangan menegakkan Islam, ia termasuk pejuangan dalam perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan Bait al-Maqdis ke tangan umat Islam.
2. Perawi dari kalangan Tabi'in.
Para tabi'in banyak mengambil cerita dari ahli kitab. Pada zaman itu banyak sekali cerita Israiliyyat di dalam tafsir dan hadis.
a. Ka'ab ibn Ahbar
Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ka'ab ibn Mani al-Humairi, ia di kenal dengan Ka'ab al-Ahbar. Ia berasal dari Yahudi di Yaman dan menurut Ibn Hajar, ia masuk Islam pada kekhalifahan Umar ibn Khatab.
b. Wahab ibn Munabbih
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah ibn Munabbih ibn Sij Ibn Zi Kinaj al-Yamani, Abu abdillah al-Abnawi. Ia masuk Islam pada masa Rasulullah, riwayat-riwayat diterima Abdullah, Abd al-Rahman, Abd al-Samad, 'Uqayl, dan lain-lainnya. Menurut Ibn Hajar, ia adalah tabi'in miskin yang mendapat kepercayaan dari jumhur ulama.
3. Perawi dari kalangan Pengikut Tabi'in
Nama lengkapnya adalah Abu Khalid Abu al-Walid Abd al-Malik ibn Abd al-Aziz al-Juraij, dia dari bangsa Romawi dan beragama Nasrani. Dia memeluk agama Islam, dan mempunyai pengetahuan tentang prinsip-prinsip ajaran Masehi dari cerita-cerita Israiliyyat, ibn Jarir di dalam menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan keadaan Nasrani, banyak meriwayatkan nasehat dari padanya. Riwayat-riwayat diterima oleh sebagian kalangan sahabat dan generasi sesudahnya seperti ibn Abbas, Amr ibn Ash Muhammad ibn Sa'id al-Kalbi, Muqatil ibn Sulaiman dan Muhammad ibn Marwan al-Su'udi. Mereka bisa disebut sebagai sumber sekunder Israiliyyat.[3]
E. Pembagian dan contoh israilliyat
1. Israilliyat dari segi keshahihan dan ketidakshahihan
a. Contoh kisah israilliyat yang shahih
Kisah tentang sifat-sifat Rasulullah yang terdapat di kitab Taurat yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Sahihnya sebagi berikut: "Imam al-Bukhari berkata : "Menceritakan kepada kami Mustani dari Utsman ibn Umar dari Faulailah dari Hilala ibn Ali dari Ata 'ibn Yasir, ia berkata : Aku telah bertemu dengan Abdullah ibn Amr dan berkata kepadanya: Ceritakanlah olehmu kepadaku tentang sifat Rasulullah yang diterangkan di dalam kitab Taurat ! ia berkata : Ya, demi Allah Swt sesungguhnya sifat Rasulullah Saw di dalam Taurat sama seperti diterangkan di dalam alqur'an: "Wahai Nabi, sesungguhnya kamu mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan, dan pemelihara orang-orang Ummi, engkau adalah hambaKu dan RasulKu, namamu dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak pula keras. Alloh Swt tidak akan mencabut nyawa sebelum agama Islam tegak dan lurus, yaitu dengan ucapan : Tiada Tuhan yang patut di sembah dengan sebenar-benarnya kecuali Allah. Dengannya pula Allah Swt akan membuka hati yang tertutup, membuka telinga yang tuli, membuka mata yang buta. Atau berkata : kemudian aku bertemu dengan Ka'ab, lalu kau bertanya kepadanya tentang masalah tersebut. Maka tidak ada perbedaan apa pun juga, kecuali Ka'ab berkata, telah sampai kepadanya : hati yang tertutup, telinga yang tuli dan mata yang buta".
Kisah tentang sifat Nabi Muhammmad Saw yang beredar dikalangan ahli kitab sesuai dengan hadith yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, ini berarti kisah tersebut dapat dikatakan benar dan bisa dijadikan Hujjah atau pegangan.
b. Contoh kisah israilliyat yang dhaif
Kisah palsu tentang legenda gunung Qaf yang mengitari langit dan bumi yang di dalam Al-Qur’an terurai dalam surah Qaf yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad ibn Abd al-Rahman dari Abu Hatim al-Razi, kemudian dinukil oleh ibn Katsir, ia berkata : ”Sesungguhnya Athar tersebut adalah athar yang garib yang tidak sahih dan ia menganggap sebagai cerita khurafat Bani Israil, lengkapanya athar tersebut, sebagai berikut:"ibn Abu Hatim berkata, telah berkata ayahku, ia berkata : "Aku mendapat cerita dari Muhammad ibn Ismail al-Makzumi, telah menceritakan kepadaku Lays ibn Sulaim dari Mujahid, dari ibn Abbas, ia berkata : Allah Swt telah menceritakan di bawah ini laut yang melingkupnya, di dasar laut. Ia menceritakan sebuah gunung tersebut gunung Qaf. Langit dunia ditegakkan diatasnya. Di bawah gunung tersebut Allah Swt menciptakan bumi seperti bumi ini, yang jumlahnya tujuh lapis. Kemudian dibawahnya ia menciptakan laut yang melingkupnya. Dibawahnya lagi ia menciptakan laut yang melingkupnya. Dibawahnya lagi ia menciptakan laut yang melingkupnya. Dibawahnya lagi ia menciptakan sebuah gunung lagi, yang juga bernama gunung Qaf. Langit jenis kedua diciptakan diatasnya. Sehingga jumlah semuanya: tujuh lapis bumi, tujuh lautan, tujuh gunung dan tujuh lapis langit." Kemudian ia berkata: uraian tersebut merupakan maksud dari firman Allah SWT. dalam Q.S Luqmān: 27
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Kisah tersebut dipandang tidak benar karena terkesan mengada-ada, selain itu tidak ada dalil yang menguatkannya. Kisah ini merupakan Israiliyyat yang sengaja dihembuskan oleh ahli kitab dengan tujuan mengkaburkan ajaran agama Islam.[4]
2. Kisah israilliyat dari segi kesesuaiannya dengan syari'at
a. Contoh kisah israilliyat yang diakui dan disaksikan kebenarannya
Kisah yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dengan redaksi dari Imam al-Bukhari ia berkata: "Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Bukhari ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Bukhari, dari Lais dari Khalid, dari Sa'id al-Khudri, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: adalah bumi itu pada hari kiamat nanti seperti segenggam roti. Allah Swt memegangnya dengan kekuasaanNya, sebagaimana seseorang menggenggam sebuah roti di perjalanan. Ia merupakan tempat bagi ahli syurga. Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Yahudi dan berkata: Semoga Allah Swt mengagungkan engkau wahai Abal Qasim, tidaklah aku menceritakan kepadamu tempat Ahli surga pada hari kiamat nanti? Rasul menjawab: Ya tentu. Kemudian laki-laki tadi menyatakan bahwasanya bumi seperti segenggam roti sebagaimana dinyatakan Nabi, kemudian Rasul Saw melihat kepada kami semua, lalu tertawa sampai terlihat geraham giginya.”
Kisah di atas dapat dijadikan dalil atau pegangan karena berisikan tentang sebuah kisah yang sesuai dengan syariat Islam. Dalam hal ini umat Islam diperbolehkan untuk menyebarkan kisah tersebut, baik itu untuk pengetahuan maupun lainnya.[5]
b. Contoh kisah israilliyat yang tidak diakui kebenarannya oleh islam dan dinyatakan bathil
Keterangan yang telah diketahui terdahulu dalam kitab Safarul Khuruj bahwasannya Harun a.s adalah Nabi yang membuat patung anak sapi untuk Bani Israil, lalu ia mengajak mereka untuk menyembahnya
c. Contoh kisah israilliyat yang tidak dinyatakan kebenarannya dan tidak pula diingkarinya
Hadith yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, yang bersumber dan Abu Hurairah r.a. berkaitan dengan tafsir ayat 136 surat al-Baqarah, yaitu bahwasannya orang-orang ahli kitab membaca Tauratnya dengan bahasa ibrani kemudian menafsirkannya kepada kaum muslimin dengan bahasa arab untuk konsumsi umat islam. Menanggapi hal itu Rasulullah SAW berkata:
لاتصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبوهم وقولوا امنا بالله وماأنزل الينا
“Jangan kamu percayai ahli kitab dan jangan pula kamu dustai, tapi katakanlah”. [6]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Israilliyat adalah kisah dan dongeng kuno yang disusupkan dalam tafsir dan hadith yang asal periwayatannya kembali kepada sumbernya, yaitu Yahudi, Nasrani dan yang lainnya. Perawi-perawinya adalah Tamim al-Dari, Abdullah ibn Salam, Ka'ab ibn Ahbar, Wahab ibn Munabbih, dll. Terhadap penafsiran yang mengambil sumber ini maka terdapat dalil-dalil yang menunjukan kebolehan meriwayatkan Israiliyyat. Di satu sisi juga terdapat beberapa dalil yang menunjukan larangan meriwayatkannya. Ada kisah israilliyat yang bersumber dari hadits, dan ada pula yang bersumber dari Qur’an.
B. Kritik dan saran
Kami menyadari penyusunan makalah ini tidak sempurna, dikarenakan keterbatasan dalam memahami materi dan mencari referensi, namun kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini, segala masukan yang konstruktif sangat membantu kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Taufiq, Wildan dan Asep Suryana, Penafsiran
Ayat-Ayat Israilliyat Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Bandung: Uin Sunan
Gunung Djati, 2020)
Israilliyat, diakses dari https://greatquranhadis.wordpress.com/israiliyyat/ tanggal 25 Novenber 2020.
[1] Wildan Taufiq & Asep Suryana. Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2020. Halaman 89.
[2] Wildan Taufiq & Asep Suryana. Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2020. Halaman 92.
[3] Wildan Taufiq & Asep Suryana. Penafsiran Ayat-Ayat Israiliyyat dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2020. Halaman 101.
[4] Wildan Taufiq dan Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israilliyat Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Bandung: Uin Sunan Gunung Djati, 2020), Hal. 110.
[5] Wildan Taufiq dan Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israilliyat Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Bandung: Uin Sunan Gunung Djati, 2020), Hal. 111
[6] Israilliyat, diakses dari https://greatquranhadis.wordpress.com/israiliyyat/ tanggal 25 Novenber 2020.
Komentar
Posting Komentar