MAKALAH : ISRAILLIYAT DALAM PENAFSIRAN

MAKALAH ILMU TAFSIR

ISRAILLIYAT DALAM PENAFSIRAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

Ilmu Tafsir

 

logo-ptiq

Dosen Pengampu : Hidayatullah, MA

 

 

 

Disusun oleh :

Akhawati Dwi Nurjannah (191410084)

Talbia Robbi Rodhia (191410104)

 

 

 

 

ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA

2020

 

KATA PENGANTAR

 

Segala  puji    dan  syukur  senantiasa kamipanjatkan  kepada  Allah  SWT. Karena  atas  rahmat, taufik  dan  hidayah-Nya  kami dapat  menyelesaikan  tugas makalah mata kuliah Ilmu Tafsir yang  berjudul Israilliyat dalam penafsiran. Shalawat  dan  salam  semoga  selalu tercurah  kepada  Nabi Muhammad   SAW,  yang telah menjadi suri tauladan terbaik dan mencerahkan ilmu pengetahuan.

Dalam penulisan makalah ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hidayatullah, MA selaku dosen mata kuliah Ilmu Tafsir yang telah membimbing kami, juga kepada teman-teman yang selalu mendukung proses belajar di kelas. Menyadari  pentingnya  makalah  ini  kami  persembahkan  kepada pembaca   semoga   bermanfaat,   serta   dapat   dijadikan      perbandingan   untuk penyusunan makalah yang akan datang.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah  ini  masih  banyak  terdapat  kekurangan, baik  dalam  segi  kata  maupun penyusunan. Saran dan kritik yang membangun terhadap makalah ini sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.

                                                                                   

Jakarta, 17 November 2020

 

 

                                                                                                   Penulis


 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar ...........................................................................................  2

Daftar Isi ......................................................................................................  3

 

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................  4

A.    Latar Belakang ..................................................................................  4

B.     Rumusan masalah .............................................................................  4

C.     Tujuan pembuatan .............................................................................  4

BAB II ISI ....................................................................................................  6

A.    Pengertian .........................................................................................  6

B.     Sejarah kemunculan ..........................................................................  7

C.     Sikap muslim terhadap Israilliyat ..................................................... 11

D.    Perawi-perawi Israilliyat ................................................................... 12

E.     Pembagian dan contoh israilliyat ...................................................... 14

 

BAB III PENUTUP  

A.    Kesimpulan ....................................................................................... 18

B.     Kritik dan Saran ................................................................................ 18

 

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

 

 

 


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Al Quran mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai sumber ajaran, dan  bukti  kebenaran  kerasulan  Muhammad  SAW.  Sebagai  sumber  ajaran, al -Quran  memberikan  berbagai  norma  keagamaan  sebagai  petunjuk  bagi kehidupan  umat  manusia  untuk  mencapai  kebahagiaan  di  dunia  dan  di akhirat (syariah). Di samping sebagai sumber ajaran, al-Quran juga disampaikan Allah SWT untuk menjadi bukti kebenaran kerasulan Muhammad SAW, terutama bagi  mereka  yang  menentang  dakwah-dakwahnya.  Bukti-bukti  kebenaran tersebut dalam kajian Ulum al Quran disebut mukjizat.

Di  antara  mukjizat  al-Quran  adalah  penyampaian  ajaran-ajarannya yang  disampaikan secara variatif serta dimodifikasi dalam bentuk deskripsi kisah-kisah. Kisah al-Quran merupakan salah satu media penyampaian pesan-pesan moral dalam rangka pembentukan umat yang memiliki akhlak mulia sebagaimana yang diperjuangkaan oleh Nabi Muhammad SAW.

Oleh karena itu, sebagai muslim yang kritis, kita seharusnya mempunyai konsep yang benar dalam mencermati ayat-ayat kisah sehingga dapat merenungkan setiap ayat mengandung pelajaran dari kisah-kisah orang terdahulu agar tidak jatuh  dalam  kesesatan  mitos-mitos,  dongeng-dongeng  atau  juga  legenda.

 

B.     Rumusan masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan Israilliyat ?

2.      Siapa saja perawi israilliyat ?

3.      Bagaimana sikap seorang muslim terhadap Israilliyat ?

4.      Apa saja kisah Israilliyat yang terdapat dalam al-Qur’an ?

 

 

C.    Tujuan pembuatan

1.      Untuk mengetahui Israilliyat

2.      Untuk mengenal perawi Israilliyat

3.      Agar dapat mengambil sikap terhadap Israilliyat

4.      Untuk mengetahui kisah Israilliyat yang terdapat dalam al-Qur’an


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian

Israiliyyat secara etimologi bentuk jama' dari kata Israiliyyah yang merupakan bentuk kata benda untuk isim yang dinisbahkan pada kata Israil. Dari bahasa Ibrani yang berarti "Hamba Tuhan". Dalam pengertian lain, Israiliyat dinisbatkan kepada Nabi Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim yang dalam sejarah beliau dikarunia 12 orang anak, salah satu putranya yang menonjol bernama Yahuda, yang kemudian dijadikan sebutan bagi keturunan Nabi Ya'qub. Sedangkan istilah Yahudi adalah sebutan dari Bani Israil. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Abu Daud dan Ibnu Abbas :

حضرت عصلبة من اليهودي نبي صلى هللا عليه وسلم فقال لهم : هل تعلمون ان إسرائيل يعقوب ؟ قال : اللهم نعم, قال النبي : اللهم اشهد

"Sekelompok Yahudi datang menemui Nabi Saw lalu beliau bertanya kepada mereka : Tahukah kamu sekalian bahwa sesungguhnya Israil itu adalah Nabi Ya'qub? Lalu mereka menjawab : "betul´ kemudian Nabi berdo'a, "Wahai Tuhanku, saksikanlah pengakuan mereka ini".

Pengertian Israiliyyat secara terminologi menurut beberapa ulama adalah : Muhammad Husain al-Dzahabi menyatakan bahwa Israiliyyat berarti pengaruh-pengaruh kebudayaan Yahudi terhadap penafsiran al-Qur’an, namun secara luasnya yaitu pengaruh kebudayaan Yahudi dan Nasrani terhadap tafsir. Menurut Husain Israiliyyat mengandung dua pengertian : pertama, kisah dan dongeng kuno yang disusupkan dalam tafsir dan hadith yang asal periwayatannya kembali kepada sumbernya, yaitu Yahudi, Nasrani dan yang lainnya. Yang kedua, cerita-cerita yang disengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadith yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber-sumber lama. Menurut Sayyid Ahmad Khalil, Israilliyyat adalah riwayat-riwayat yang berasal dari ahli kitab, baik yang berhubungan dengan agama mereka ataupun yang tidak ada hubungan sama sekali dengannya. Penisbatan riwayat Israiliyyat kepada orang-orang Yahudi karena pada umumnya para perawinya berasal dari kalangan mereka yang sudah masuk Islam.[1]

B.     Sejarah kemunculan

Sebelum Islam datang, ada satu golongan yang di sebut dengan kaum Yahudi, yaitu sekelompok kaum yang dikenal mempunyai peradaban yang tinggi di banding dengan kaum Arab pada waktu itu. Mereka telah membawa pengetahuan keagungan berupa berupa cerita-cerita keagamaan dari kitab suci mereka. Pada waktu itu mereka hidup dalam keadaan tertindas. Banyak di antara mereka yang lari dan pindah ke jazirah Arab ini. Ini terjadi kurang lebih pada tahun 70 Masehi. Pada masa inilah diperkirakan terjadinya perkembangan besar-besaran kisah-kisah Israiliyyat, dan mengalami kemajuan pada taraf tertentu. Disadari atau tidak, maka terjadi proses percampuran antara tradisi bangsa Arab dengan khazanah tradisi bangsa Arab dengan khazanah tradisi Yahudi tersebut. Artinya, adanya kisah Israiliyyat merupakan konsekuensi logis dari proses akulturasi budaya dan ilmu pengetahuan antara bangsa Arab Jahiliyah dan kaum Yahudi serta kaum Nasrani. Di kutip dari perkataan Muhammad Husain alDzahabi, Lafadz Israiliyyat secara tekstual menunjukan kepada cerita atau berita-berita yang berasal dari Yahudi atau Bani Israil, meskipun demikian lafazh Israiliyyat digunakan pula penyebutan kepada berita-berita dan cerita zaman dahulu yang berasal dari selain Yahudi baik itu Nasrani, Majusi, dan selainnya. Pendapat yang lain menyatakan bahwa timbulnya Israiliyyat adalah[2] :

Pertama, karena semakin banyak orang-orang Yahudi yang masuk Islam. Sebelumnya mereka adalah kaum yang berperadaban tinggi. Tatkala masuk Islam mereka tidak melepaskan seluruh ajaran-ajaran yang mereka anut terlebih dahulu, sehingga dalam pemahamannya sering kali tercampur antara ajaran yang mereka anut terdahulu dengan ajaran Islam.

Kedua, ada keinginan dari kaum muslimin pada waktu itu untuk mengetahui sepenuhnya tentang seluk beluk bangsa Yahudi yang berperadaban tinggi, dimana al-Qur'an hanya mengungkapkan secara sepintas saja. Dengan ini maka muncullah kelompok mufassir yang berusaha meraih kesempatan itu dengan memasukan kisah-kisah yang bersumber dari orang Yahudi dan Nasrani tersebut. Akibatnya tafsir itu penuh dengan kesimpang-siuran, bahkan terkadang mendekati khurafat dan takhayul.

Ketiga, adanya ulama Yahudi yang masuk Islam, seperti Abdullah bin Salam, Ka'ab bin Akhbar, Wahab bin Munabbih. Mereka di pandang mempunyai andil besar terhadap tersebarnya kisah Israiliyyat pada kalangan muslim. Hal ini di pandang sebagai indikasi bahwa kisah Israiliyyat masuk kedalam Islam sejak masa sahabat dan membawa pengaruh besar terhadap kegiatan penafsiran al-Quran pada masa-masa sesudahnya. Permulaan munculnya Israiliyyat dalam tafsir bermula pada zaman sahabat, karena setelah diteliti terdapat kesamaan antara al-Qur'an dengan kitab-kitab samawi lainnya. Di dalam al-Quran disebutkan secara ringkas dan dalam kitab lain disebutkan secara panjang lebar meskipun banyak terjadi penambahan dan pengurangan pada kisah yang terdapat di dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Ketika para sahabat (setelah wafatnya Nabi saw) menemukan kisah-kisah dalam al-Qur’an yang disebutkan secara ringkas, terbersit di hatinya untuk mengetahui kisah secara detail, maka mereka bertanya kepada ahli kitab yang telah masuk Islam, sehingga mulai masuk dan menyebarlah Israiliyyat. Meskipun demikian para sahabat tidak menanyakan seluruhnya kepada mereka melainkan ingin mengetahui sesuatu yang detail setelah al-Qur'an menyebutkan dengan global.

Setelah itu mereka tidak menghukuminya benar atau dusta selama hal itu belum ada kepastian benar atau salahnya. Karena para sahabat tetap berpegang teguh kepada pesan Rasulullah Saw tentang hal ini (jangan kau benarkan perkataan ahli kitab dan jangan pula kalian dustakan, katakanlah kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami). Kemudian datang zaman tabi'in, maka mereka lebih leluasa dalam meriwayatkan Israiliyyat ini. Begitu juga setelahnya sampai datang masa pembukuan hadith dan tafsir. Pada zaman tabi'in timbul kecintaan yang luar biasa pada kisah Israiliyyat, sehingga kisah Israilliyyat semakin berkembang pesat dan subur dikalangan Islam hingga mencapai puncaknya pada masa tabi'ut-tabi'in. mereka cenderung mengambil cerita trersebut secara ceroboh, sampai-sampai setiap cerita agung yang ada hampir tidak ada yang di tolak. Mereka tidak mengembalikan cerita tersebut pada al-Quran, walaupun yang terkandung tidak di mengerti akal. Menurut Ibn Khaldun, sebagaimana di kutip Manna' al-Qatan dalam Mabahith fi Ulum Alquran, dalam sejarah diketahui bahwa orang-orang Arab telah berinteraksi dengan orang Yahudi jauh sebelum Rasulullah Muhammad Saw datang membawa Islam. Ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

1.      Kondisi Geografis Negeri Arab

Negeri  Arab,  secara  geografis  terletak  di  Barat  Daya Asia yang merupakan semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga arah, yakni Laut Merah, samudra India dan teluk Persia. Pada umumnya Negeri Arab adalah dipenuhi oleh hamparan padang   pasir,   tetapi   bukan   berarti   secara   keseluruhan merupakan padang pasir gersang dan tandus. Berdasarkan karakter   permukaannya,   padang   pasir   tersebut   beragam, sebagian  diantaranya  berupa  padang  pasir  yang  ditutupi debu  dan  pasir  halus,  lalu  sebagian  benua  pegunungan  dan perbukitan,   serta   ada   juga   merupakan   daratan   rendah, disamping merupakan daratan tinggi.

2.      Kondisi Sosial Kemasyarakatan

Di  tinjau  dari  letak  geografis  wilayah,  Makkah  adalah kota yang maju terletak pada jalur perdagangan yang sangat penting.  Oleh  karena  itu  kota  ini  telah  menjanjikan  bagi siapa   saja   khususnya   para   saudagar   untuk   melakukan perdagangan,  ia  terletak  di  tengah-tengah  antara  Yaman  di selatan  dan  Syam  di  utara,  selain  itu  penduduk  Makkah mempunyai  tempat  khusus  di  hati  masyarakat  Arab  lainnya karena  mereka  adalah  para  pemelihara  sekaligus  penjaga Ka'bah.  Maka  tidak  terlalu  mengherankan  jika  sejak  abad ke-6  masehi,  menjadi  pusat  perdagangan  anatara  Yaman dengan Syam dan Habasyah. Eksplanasi   singkat   di   atas   memberikan   pemahaman bahwa     orang-orang     Arab     gemar     sekali     melakukan perdagangan  sampai  keluar  kota,  salah  contoh  ialah  orang-orang   Quraisy   yang   perhatiannya   terhadap   perdagangan begitu  besar.  Secara  teratur  mereka  mengadakan perjalanan dua  kali  pada  setiap  tahunnya.  Yakni  perjalanan  di  musim dingin  ke  Yaman  dan  perjalanan  musim  panas  ke  Syam untuk melakukan perdagangan. Wildan Taufiq & Asep Suryanakenal   dan   tukar   informasi   antar   sesama.   Berdasarkan preseden   sejarah   inilah   maka   Makkah   adalah   sentral perdagangan  dan  kebudayaan  di  negeri  Hijjaz.  Masyarakat dari  berbagai  penjuru  berdatangan  ke  kota  itu  pada waktu musim   haji   tiba   dengan   berbagai   macam   kepentingan, diantaranya  ada  yang  berniat  untuk  berdagang,  menunaikan haji,  bertemu  sanak  famili,  dan  ada  juga  yang  mencari informasi,   sehingga   hal   ini   secara   tidak   langsung akan menimbulkan akulturasi  sosial  kemasyarakatan  di  antara mereka.

3.      Kondisi   Keagamaan   Masyarakat   Arab   Sebelum Islam Lahir

Menelaah  tentang  kondisi  keagamaan  pada  masyarakat Arab  adalah  salah  satu  faktor  penunjang  bagi  tercapainya kajian   tentang Israiliyyat dikarenakan   jauh   sebelum Islam  datang,  dua  agama semit-tauhid-Ibrahimi:  agama Yahudi (pengikut Nabi Musa) dan agama Nasrani (pengikut Nabi Isa) telah beredar di jazirah Arab dengan tingkatan dan jangkauan berbeda. Namun tentang sebab masuknya agama-agama semi ini para cendikia muslim dan sejarawan banyak berbeda pendapat.a.Sebab-sebab   masuknya   agama   Yahudi   ke   Jazirah Arab. pertama,jumlah mereka bertambah di Palestina sampai 4  juta  jiwa, kedua tekanan  yang  dilancarkan  kepada mereka  oleh  pemerintah  Romawi  pada  abad  pertama, ketiga,peruntuhan  terhadap  bangunan  ibadah  mereka.

4.      Masuknya  agama  Nasranike jazirah Arab

Kontak  Sosial  Generasi  Muslim  Pada  Masa  Nabi Saw Dengan Ahli KitabSetelah datangnya ajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat   Arab   yang   kemudian   berkembang   setelah melaksanakan perintah Allah Swt untuk berhijrah ke sebuah tempat  yang  lebih  kondisi  dan  menjanjikan  dalam  rangka penyebaran   agama   Islam   ke   seluruh   wilayah   Arab   dan sekitarnya. Namun  bukan  berarti  dengan  perpindahan  basis penyebaran  agama  Islam  yang  semula  berada  di  Makkah lalu  pindah  ke  Madinah.  Akan  tetapi  interaksi  masyarakat muslim  dengan  penganut  agama  lain  (Yahudi  dan  Nasrani) masih tetap interaksi karena kenyataan agama Yahudi subur berkembang   di   jazirah   Arab   termasuk   Hijaz,   mereka tersebar  dan  bertempat  tinggal  di  Yatsrib,  Khaibar,  Fadak Taimi dan Wadi   al-Qura. Agama Yahudi  ini  sangatlah berpengaruh. Suku-suku agama Yahudi  seperti Bani Quraidah, Bani Nadir, Bani Qainuqa, Za'ura, Gasal, Qum'ah dan  Bani  Zaid  al-Latta.  Di  sisi  lain  agama  Nasrani  pun tersebar di berbagai kota di Jazirah Arab, ia tersebar di wilayah utara   semenanjung jazirah Arab tepatnya di kalangan Sasanah, Munadirah  dan  di  beberapa  kota  di sebelah   timur   laut   (irak)   dan   sebelah   selatan   Yaman. Demikian  juga  di  negeri  Hijaz  khususnya  di  Wadi  al-Qura. Penduduk  Najran  juga  pengikut  agama Nasrani sebagian mereka juga di utus  ke Yatsrib  (Madinah)  yaitu  pada  masa Muhammad Saw di bawah seorang tokoh, hakim dan uskup.

C.      Sikap muslim terhadap Israilliyat

Terdapat dalil-dalil yang menunjukan kebolehan meriwayatkan Israiliyyat. Di satu sisi juga terdapat beberapa dalil yang menunjukan larangan meriwayatkannya. Di antara dalil yang memperbolehkan adalah ayat-ayat al-Qur'an yang  memperbolehkan  untuk bertanya ahli kitab seperti firman Allah swt QS.Yunus : 94

فَإِن كُنتَ فِي شَك مِّمَّا أَنزَلنَا إِلَيكَ فَسـَٔلِ ٱلَّذِينَ يَقرَءُونَ ٱلكِتَٰبَ مِن قَبلِكَ لَقَد جَاءَكَ ٱلحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلمُمتَرِينَ

Maka jika engkau (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca kitab sebelummu. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu.

 

Selain  itu  juga  terdapat  hadith  yang  diriwayatkan  oleh al-Bukhari  yang  menjelaskan  kebolehan  bertanya  kepada Bani Israil :

وعن عبد الله بن عمرو أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : بلغوا عني ولو آية وحدثوا عن بني اسرائيل, ولَ حرج ومن  كذب  علي  متمدا  فليتوأ  مقعده  من  النار) رواه البخاري(

"Dari   Abdullah   ibn   Amr   bahwasanya   Rasulullah   saw bersabda  :  "Sampaikan  dari  walau  hanya  satu  ayat  dan berbicaralah  apa  yang  dari  Bani  Israil  dan  tidak  mengapa. Barang siapa yang mendustakanku maka bersiaplah tempatnya kelak di neraka." Adapun dalil-dalil yang menunjukan larangan meriwayatkan Israiliyyat adalah ayat-ayat al-Qur'an  yang menjelaskan tentang perlakuan orang-orang Yahudi   dan Nasrani yang gemar mengganti dan merubah kitab suci mereka. ‘

 

Selain itu terdapat sebuah hadis :

عن أبي هريرة, رضي الله عنه, قال كان أهل الكتاب يقرؤون  التوراة  بالعبرانية  ويفسرونها  بالعربية  لهل الَسلَم,فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم :لَتصدقوا أهل الكتاب, ولَتكذوهم وقولوا (آمنا بالله وما أنزل) الآية. (رواه البخاري

"Abu   Hurairah   RA   berkata  : "bahwasanya   Ahli   kitab membaca  Taurat  dengan  bahasa  Ibrani  dan  menafsirkannya kepada  umat  Islam  dengan bahasa  Arab.  Oleh  karena  itu Rasaulullah  saw  bersabda :"Janganlah  kalian  membenarkan Ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka, katakanlah kami  telah  beriman  kepada  Allah  Swt  dan  segala  yang  ia turunkan kepada kami".

 

D.      Perawi-perawi Israilliyat

1.      Perawi dari kalangan sahabat

Para sahabat Rasul dalam mengembalikan persoalan kepada ahli kitab,  senantiasa  mempergunakan cara yang benar  dan  tepat,  sejalan  dengan  apa  yang  ditetapkan oleh Rasulullah Saw. Di antara sahabat yang dikenal dalam periwayatan cerita Israiliyyat ialah :

a.       Tamim al-Dari

Beliau merupakan perawi yang berasal dari Nasrani, dia mengetahui banyak ilmu Nasraniyah dan cerita-ceritanya. Di samping mengetahui ilmu Nasraniyah, ia pula mengetahui  ilmu-ilmu  lainnya, seperti kejadian-kejadian, peperangan-peperangan dan  berita-berita umat terdahulu. Karena begitu luas ilmu pengetahuannya sampai Rasulullah Saw gembira dengan   keislamannya.

b.      Abdullah ibn Salam

Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Abdullah ibn Salam ibn Haris al-Israili  al-Anshari, dia merupakan anak dari Yusuf  ibn  Ya'qub,  dan  dia menyatakan keislamannya ketika Rasulullah Saw tiba di kota  Madinah. Dalam perjuangan menegakkan Islam, ia termasuk pejuangan dalam perang Badar dan ikut menyaksikan penyerahan  Bait al-Maqdis ke tangan umat Islam.

2.      Perawi dari kalangan Tabi'in.

Para  tabi'in  banyak  mengambil cerita dari ahli  kitab. Pada zaman itu  banyak  sekali cerita Israiliyyat di dalam tafsir  dan  hadis.

a.       Ka'ab ibn Ahbar

Nama lengkapnya adalah Abu Ishaq Ka'ab ibn Mani al-Humairi, ia di kenal  dengan Ka'ab al-Ahbar. Ia berasal dari Yahudi di Yaman dan menurut Ibn Hajar, ia masuk Islam pada kekhalifahan Umar ibn Khatab.

b.      Wahab ibn Munabbih

Nama lengkapnya  adalah Abu Abdillah ibn Munabbih ibn Sij Ibn Zi Kinaj  al-Yamani, Abu abdillah al-Abnawi. Ia masuk Islam pada masa Rasulullah, riwayat-riwayat diterima  Abdullah,  Abd  al-Rahman,  Abd  al-Samad,  'Uqayl, dan lain-lainnya. Menurut Ibn Hajar, ia adalah tabi'in miskin yang mendapat   kepercayaan dari jumhur ulama.

3.      Perawi dari kalangan Pengikut Tabi'in

Nama lengkapnya adalah Abu Khalid Abu al-Walid Abd al-Malik ibn Abd al-Aziz al-Juraij, dia dari bangsa Romawi dan beragama Nasrani. Dia memeluk  agama Islam, dan mempunyai pengetahuan tentang  prinsip-prinsip ajaran Masehi  dari cerita-cerita Israiliyyat, ibn Jarir di dalam menafsirkan ayat-ayat yang  berhubungan dengan keadaan Nasrani, banyak meriwayatkan nasehat dari   padanya. Riwayat-riwayat diterima oleh sebagian kalangan sahabat dan generasi  sesudahnya seperti ibn  Abbas, Amr ibn Ash Muhammad ibn Sa'id al-Kalbi,  Muqatil ibn Sulaiman dan Muhammad ibn Marwan al-Su'udi. Mereka  bisa  disebut sebagai sumber sekunder Israiliyyat.[3]

 

E.       Pembagian dan contoh israilliyat

1.      Israilliyat dari segi keshahihan dan ketidakshahihan

a.       Contoh kisah israilliyat yang shahih

Kisah   tentang   sifat-sifat Rasulullah  yang  terdapat  di kitab  Taurat  yang  diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam kitab Sahihnya sebagi berikut: "Imam al-Bukhari berkata :  "Menceritakan  kepada  kami Mustani dari Utsman ibn Umar dari Faulailah dari Hilala ibn Ali dari Ata 'ibn Yasir, ia berkata : Aku telah bertemu dengan Abdullah ibn Amr dan berkata kepadanya: Ceritakanlah olehmu kepadaku tentang sifat Rasulullah yang diterangkan di  dalam  kitab  Taurat  !  ia  berkata  : Ya, demi Allah Swt sesungguhnya sifat  Rasulullah  Saw di dalam Taurat sama seperti diterangkan di dalam  alqur'an:  "Wahai Nabi, sesungguhnya kamu mengutusmu sebagai saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan, dan pemelihara orang-orang Ummi, engkau  adalah  hambaKu dan RasulKu, namamu dikagumi, engkau tidak kasar dan tidak pula keras. Alloh Swt tidak akan mencabut nyawa sebelum agama Islam  tegak  dan  lurus, yaitu dengan ucapan : Tiada Tuhan yang patut di sembah dengan sebenar-benarnya kecuali Allah. Dengannya pula Allah Swt akan membuka hati yang tertutup, membuka telinga yang tuli,  membuka  mata  yang buta. Atau berkata : kemudian aku bertemu dengan Ka'ab, lalu kau bertanya kepadanya tentang masalah tersebut. Maka tidak  ada  perbedaan apa pun juga,  kecuali Ka'ab berkata, telah sampai kepadanya : hati yang tertutup, telinga  yang tuli dan mata yang buta".

Kisah tentang sifat  Nabi Muhammmad Saw yang beredar dikalangan  ahli  kitab sesuai dengan hadith yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, ini   berarti kisah tersebut dapat dikatakan benar dan bisa dijadikan Hujjah atau pegangan.

 

b.      Contoh kisah israilliyat yang dhaif

Kisah palsu tentang legenda gunung Qaf yang mengitari langit dan bumi yang di dalam Al-Qur’an terurai dalam surah Qaf yang diriwayatkan oleh Abu Muhammad ibn Abd al-Rahman dari Abu Hatim al-Razi, kemudian dinukil oleh ibn Katsir, ia berkata : ”Sesungguhnya Athar tersebut adalah athar yang garib yang tidak sahih dan ia menganggap sebagai cerita khurafat Bani Israil, lengkapanya athar tersebut, sebagai berikut:"ibn Abu Hatim berkata, telah berkata ayahku, ia berkata : "Aku mendapat cerita dari Muhammad ibn Ismail al-Makzumi, telah menceritakan kepadaku Lays ibn Sulaim dari Mujahid, dari ibn Abbas, ia berkata : Allah Swt telah menceritakan di bawah ini laut yang melingkupnya, di dasar laut. Ia menceritakan sebuah gunung tersebut gunung Qaf. Langit dunia ditegakkan diatasnya. Di bawah gunung tersebut Allah Swt menciptakan bumi seperti bumi ini, yang jumlahnya tujuh lapis. Kemudian dibawahnya ia menciptakan laut yang melingkupnya. Dibawahnya lagi ia menciptakan laut yang melingkupnya. Dibawahnya lagi ia menciptakan laut yang melingkupnya. Dibawahnya lagi ia menciptakan sebuah gunung lagi, yang juga bernama gunung Qaf. Langit jenis kedua diciptakan diatasnya. Sehingga jumlah semuanya: tujuh lapis bumi, tujuh lautan, tujuh gunung dan tujuh lapis langit." Kemudian ia berkata: uraian tersebut merupakan maksud dari firman Allah SWT. dalam Q.S Luqmān: 27

وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".

Kisah tersebut dipandang tidak benar karena terkesan mengada-ada, selain itu tidak ada dalil yang menguatkannya. Kisah ini merupakan Israiliyyat yang sengaja dihembuskan oleh ahli kitab dengan tujuan mengkaburkan ajaran agama Islam.[4]

2. Kisah israilliyat dari segi kesesuaiannya dengan syari'at

a.       Contoh kisah israilliyat yang diakui dan disaksikan kebenarannya

Kisah yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim dengan redaksi dari Imam al-Bukhari ia berkata: "Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Bukhari ia berkata: telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Bukhari, dari Lais dari Khalid, dari Sa'id al-Khudri, ia berkata, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: adalah bumi itu pada hari kiamat nanti seperti segenggam roti. Allah Swt memegangnya dengan kekuasaanNya, sebagaimana seseorang menggenggam sebuah roti di perjalanan. Ia merupakan tempat bagi ahli syurga. Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Yahudi dan berkata: Semoga Allah Swt mengagungkan engkau wahai Abal Qasim, tidaklah aku menceritakan kepadamu tempat Ahli surga pada hari kiamat nanti? Rasul menjawab: Ya tentu. Kemudian laki-laki tadi menyatakan bahwasanya bumi seperti segenggam roti sebagaimana dinyatakan Nabi, kemudian Rasul Saw melihat kepada kami semua, lalu tertawa sampai terlihat geraham giginya.”

Kisah di atas dapat dijadikan dalil atau pegangan karena berisikan tentang sebuah kisah yang sesuai dengan syariat Islam. Dalam hal ini umat Islam diperbolehkan untuk menyebarkan kisah tersebut, baik itu untuk pengetahuan maupun lainnya.[5]

b.      Contoh kisah israilliyat yang tidak diakui kebenarannya oleh islam dan dinyatakan bathil

Keterangan yang telah diketahui terdahulu dalam kitab Safarul Khuruj bahwasannya Harun a.s adalah Nabi yang membuat patung anak sapi untuk Bani Israil, lalu ia mengajak mereka untuk menyembahnya

c.       Contoh kisah israilliyat yang tidak dinyatakan kebenarannya dan tidak pula diingkarinya

Hadith yang diriwayatkan oleh imam Bukhori, yang bersumber dan Abu Hurairah r.a. berkaitan dengan tafsir ayat 136 surat al-Baqarah, yaitu bahwasannya orang-orang ahli kitab membaca Tauratnya dengan bahasa ibrani kemudian menafsirkannya kepada kaum muslimin dengan bahasa arab untuk konsumsi umat islam. Menanggapi hal itu Rasulullah SAW berkata:

لاتصدقوا أهل الكتاب ولا تكذبوهم وقولوا امنا بالله وماأنزل الينا

“Jangan kamu percayai ahli kitab dan jangan pula kamu dustai, tapi katakanlah”. [6]


 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Israilliyat adalah kisah dan dongeng kuno yang disusupkan dalam tafsir dan hadith yang asal periwayatannya kembali kepada sumbernya, yaitu Yahudi, Nasrani dan yang lainnya. Perawi-perawinya adalah Tamim al-Dari, Abdullah ibn Salam, Ka'ab ibn Ahbar, Wahab ibn Munabbih, dll. Terhadap penafsiran yang mengambil sumber ini maka terdapat dalil-dalil yang menunjukan kebolehan meriwayatkan Israiliyyat. Di satu sisi juga terdapat beberapa dalil yang menunjukan larangan meriwayatkannya. Ada kisah israilliyat yang bersumber dari hadits, dan ada pula yang bersumber dari Qur’an.

 

B.     Kritik dan saran

Kami menyadari penyusunan makalah ini tidak sempurna, dikarenakan keterbatasan dalam memahami materi dan mencari referensi, namun kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini, segala masukan yang konstruktif sangat membantu kesempurnaan makalah ini.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Taufiq, Wildan dan Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israilliyat Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Bandung: Uin Sunan Gunung Djati, 2020)

Israilliyat, diakses dari https://greatquranhadis.wordpress.com/israiliyyat/ tanggal 25 Novenber 2020.

 

 

 

 

 



[1] Wildan Taufiq & Asep Suryana. Penafsiran  Ayat-Ayat  Israiliyyat  dalam Al-Qur’an  dan Tafsirnya. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2020. Halaman 89.

[2] Wildan Taufiq & Asep Suryana. Penafsiran  Ayat-Ayat  Israiliyyat  dalam Al-Qur’an  dan Tafsirnya. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2020. Halaman 92.

 

[3] Wildan Taufiq & Asep Suryana. Penafsiran  Ayat-Ayat  Israiliyyat  dalam Al-Qur’an  dan Tafsirnya. UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2020. Halaman 101.

 

[4] Wildan Taufiq dan Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israilliyat Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Bandung: Uin Sunan Gunung Djati, 2020), Hal. 110.

[5] Wildan Taufiq dan Asep Suryana, Penafsiran Ayat-Ayat Israilliyat Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, (Bandung: Uin Sunan Gunung Djati, 2020), Hal. 111

[6] Israilliyat, diakses dari https://greatquranhadis.wordpress.com/israiliyyat/ tanggal 25 Novenber 2020.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH : AL WAHYU (ULUMUL QUR'AN)

MAKALAH : TEKNIK MENERJEMAH JUMLAH SYARTHIYYAH